Mitos vs Fakta tentang Kesehatan Jiwa Remaja


Banyak diantara pendidik dan orang tua belum membuka ruang diskusi mengenai kesehatan jiwa dengan peserta didik maupun anak mereka yang berusia remaja. Bahkan, cukup banyak mitos seputar isu kesehatan jiwa remaja yang diyakini oleh pendidik maupun orang tua terkait kesehatan jiwa remaja.

Sering kali kesehatan jiwa disamakan dengan merasa bahagia, merasa nyaman, atau merasa baik-baik saja, padahal pada kenyataannya kesehatan jiwa terdiri atas berbagai macam kondisi yang mencakup pikiran dan emosi negatif, netral, maupun positif.

Pemahaman yang keliru terkait remaja dan kesehatan jiwa menyebabkan tidak tersampaikannya informasi seputar kesehatan jiwa yang sangat diperlukan oleh remaja.

Berikut adalah beberapa mitos dan fakta yang umumnya diyakini masyarakat mengenai kesehatan jiwa remaja (UNICEF, 2023).

MitosFakta
Remaja yang berprestasi dan punya banyak teman tidak akan mengalami gangguan kesehatan jiwa karena tidak ada hal-hal yang dapat membuat mereka depresi.
  • Depresi adalah gangguan kesehatan jiwa yang dialami banyak orang dan disebabkan oleh berbagai faktor sosial, psikologis, dan biologis.
  • Depresi dapat dialami siapa saja, lepas dari status sosial-ekonomi dan seberapa pun idealnya kehidupan mereka pada permukaan.
  • Anak remaja yang berprestasi di sekolah dapat saja merasa tertekan harus berhasil dan hal ini dapat menyebabkan kecemasan.
  • Mereka pun mungkin saja mengalami kesulitan di rumah.
  • Mereka juga dapat mengalami depresi atau kecemasan karena alasan-alasan yang tidak bisa dikenali.
Makin banyak seseorang mengalami situasi sulit, ia akan makin tangguh.
  • Situasi sulit yang berulang yang dialami oleh remaja dapat meningkatkan risiko remaja untuk mengalami keterbatasan-keterbatasan dalam hidupnya sehingga meningkatkan tekanan (stres) dan menambah kerentanan remaja mengalami permasalahan terkait kesehatan jiwa.
  • Faktor yang dapat membuat remaja tangguh adalah kuatnya faktor pelindung (protective factor) yang dimiliki oleh remaja, terutama dari lingkungan terdekatnya dan kemudahan akses terhadap layanan yang dibutuhkan oleh remaja.
Kesehatan jiwa bukan isu penting bagi remaja. Suasana hati remaja mudah berubah karena perubahan hormon dan perilaku yang mereka tunjukkan adalah tanda mencari perhatian.
  • Suasana hati remaja memang mudah berubah, tetapi ini tidak berarti mereka tidak menghadapi permasalahan kesehatan jiwa.
  • Sebanyak 14 persen remaja di seluruh dunia mengalami masalah dengan kesehatan jiwanya.
  • Di dunia, tindakan bunuh diri adalah penyebab kematian kelima tertinggi pada remaja usia 10-15 tahun dan keempat tertinggi pada remaja usia 15-19 tahun.
  • Separuh dari seluruh kasus gangguan kesehatan jiwa mulai terjadi pada saat remaja berusia 14 tahun.
Kesehatan jiwa hanya perlu diperhatikan orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
  • Upaya aktif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan jiwa dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang melakukannya.
  • Hal ini sama halnya dengan upaya menjalani gaya hidup sehat demi mengoptimalkan kesehatan fisik.
Orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa berarti memiliki tingkat kecerdasan rendah.
  • Sama seperti penyakit yang berdampak kepada fisik seseorang, gangguan kesehatan jiwa dapat dialami siapa pun, lepas dari tingkat kecerdasan, kelas sosial, atau pendapatannya.
Tidak ada yang bisa dilakukan untuk melindungi seseorang agar tidak mengalami gangguan kesehatan jiwa.
  • Ada banyak faktor yang dapat melindungi seseorang dari gangguan kesehatan jiwa. Misalnya:
    • Menguatkan keterampilan sosial dan emosionalnya,
    • Pencarian bantuan dan dukungan sejak dini,
    • Membangun hubungan keluarga yang suportif, penuh kasih sayang dan hangat,
    • Membina lingkungan sekolah yang sehat, dan
    • Menjaga pola tidur yang sehat.
  • Kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan juga bergantung pada sejumlah faktor pelindung. Masalah kesehatan jiwa tidak dapat disebut disebabkan oleh hanya satu masalah di lingkungan sekitar seseorang ataupun satu stresor.
  • Kemampuan anak dan remaja dalam menghadapi masalah biasanya ditunjang oleh faktor biologis dan hubungan baiknya dengan keluarga, teman, dan orang dewasa lain yang suportif. Semua ini membentuk faktor pelindung yang mendukung kesejahteraan jiwa anak dan remaja.
Gangguan kesehatan jiwa adalah tanda pribadi yang lemah, orang yang kuat tidak akan mengalaminya.
  • Gangguan kesehatan jiwa tidak ada hubungannya dengan lemahnya kepribadian atau kurangnya kegigihan.
  • Kondisi ini bukanlah suatu pilihan untuk dimiliki atau tidak dimiliki.
  • Sesungguhnya, dibutuhkan kekuatan dan keberanian luar biasa bagi seseorang untuk mengakui ia butuh bantuan untuk kondisi kesehatan jiwa yang dialaminya.
  • Gangguan kesehatan jiwa dapat dialami oleh siapa saja.
Gangguan kesehatan remaja disebabkan oleh buruknya pola asuh orang tua.
  • Banyak faktor antara lain kemiskinan, pengangguran, kondisi terpapar kekerasan, migrasi, dan keadaan, serta insiden negatif lain dapat memengaruhi kesejahteraan dan kesehatan jiwa remaja, pengasuhnya, dan hubungan di antara pihak-pihak ini.
  • Remaja yang berasal dari rumah yang penuh cinta dan dukungan pun bisa mengalami kesulitan dengan kesehatan jiwanya, sama seperti remaja yang orang dewasa di rumahnya membutuhkan bantuan agar dapat menghadirkan lingkungan tempat tinggal yang sehat bagi sang remaja untuk bertumbuh.

Dalam situasi digital saat ini, tantangan yang dihadapi remaja makin meluas. Dunia digital di satu sisi membuka ruang berbagai kesempatan dan pembelajaran positif bagi tumbuh kembang remaja. Namun di sisi lain, juga merentankan remaja menghadapi lebih banyak risiko, terutama jika tidak digunakan dengan bijak.

Dengan makin meluasnya cakupan pergaulan saat ini, ketika ruang maya menjadi sama pentingnya dengan ruang nyata, remaja makin membutuhkan dukungan untuk terhindar dari risiko dan situasi yang membahayakan mereka.


Sumber:
Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP
Kemendikbudristek 2023