Peran UKS dalam Mengupayakan Kesehatan Jiwa Peserta Didik


Satuan pendidikan dapat melakukan berbagai upaya promotif dan preventif untuk mendukung kesehatan jiwa peserta didik. Hal ini sesuai dengan salah satu fokus program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) melalui perwujudan Sekolah Sehat yang dilakukan melalui Trias UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat, dan didukung dengan manajemen UKS untuk kesehatan jiwa peserta didik.


A. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan jiwa dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Intrakurikuler yaitu kegiatan yang terintegrasi dengan kurikulum atau mata pelajaran di SMP, seperti bimbingan konseling dan PJOK. Kokurikuler yaitu tambahan mata pelajaran namun masih dalam jam pelajaran sekolah seperti kegiatan penguatan karakter peserta didik. Ekstrakurikuler yaitu kegiatan di luar kurikulum atau mata pelajaran seperti penguatan keterampilan sosial melalui pramuka atau penyuluhan kesehatan jiwa oleh Puskesmas.

Pendidikan kesehatan jiwa dapat dilakukan melalui kegiatan berikut.

  1. Literasi kesehatan jiwa

  2. Literasi kesehatan jiwa merupakan kegiatan untuk membaca, menyimak, mendisksuikan, dan mempraktikan hal-hal terkait kesehatan jiwa remaja.

    Topik-topik kesehatan jiwa remaja untuk peserta didik SMP misalnya terkait konsep diri, cara mengenali diri dan mengembangkan rasa percaya diri, pengendalian emosi, asertif, bijak menggunakan internet, dan lain-lain.

  3. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)

  4. PKHS adalah kemampuan psikososial remaja untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari secara efektif. PKHS berperan besar dalam membantu peserta didik mengatasi masalah kesehatannya.

    Ada 10 (sepuluh) keterampilan hidup sehat yang wajib diketahui dan dipraktikkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

    • Kesadaran diri merupakan keterampilan pengenalan terhadap diri, sifat, karakter, kekuatan dan kelemahan, serta hal yang disukai dan dibenci.
    • Empati adalah kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri sendiri. Orang yang mempunyai keterampilan empati akan mampu memahami perasaan dan pikiran orang lain, mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam terhadap permasalahan, dan mampu mendorong saling berbagi antarindividu.
    • Hubungan interpersonal merupakan kemampuan yang dapat menolong kita berinteraksi dengan sesama secara positif dan harmonis.
    • Komunikasi efektif adalah kemampuan menyampaikan gagasan yang mudah dimengerti oleh orang lain dan kelompok di lingkungannya.
    • Berpikir kritis adalah kemampuan menganalisis informasi dan pengalaman secara objektif. Anak usia sekolah dan remaja yang tidak berpikir kritis akan sulit memahami fakta dengan benar dan tidak mampu menganalisis situasi/ masalah.
    • Berpikir kreatif adalah kemampuan membuat ide baru dengan menganalisis informasi dan berbagai pengalaman, menciptakan sesuatu yang berbeda, dan menemukan cara yang kreatif untuk menolak ajakan negatif teman sebaya.
    • Pengendalian emosi adalah kemampuan meredam gejolak emosi agar tersalurkan dalam perilaku yang terkendali.
    • Pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan secara konstruktif (bersifat membina, memperbaiki dan membangun).
    • Mengatasi stres adalah kemampuan mengenali sumber yang menyebabkan stres dalam kehidupan, mengetahui efeknya, dan menemukan cara mengontrol diri dari stres tersebut.
    • Pengambilan keputusan adalah kemampuan menentukan pilihan yang tepat secara konstruktif dari berbagai alternatif yang ada. Keputusan yang salah dapat membuat masa depan menjadi suram. Tidak berkembangnya kompetensi ini menyebabkan anak usia sekolah dan remaja menjadi frustasi, putus asa, dan tidak memiliki tujuan jelas dalam menentukan langkah.
  5. Pembinaan Kader kesehatan sekolah

    • Kader kesehatan sekolah adalah peserta didik yang terpilih untuk membantu pelaksanaan kegiatan Trias UKS.
    • Kader kesehatan sekolah ini turut serta dalam kegiatan kesehatan jiwa dengan menyebarkan informasi kesehatan jiwa bagi teman sebaya, mengajak dan memberikan teladan pelaksanaan perilaku sehat, dan penerapan keterampilan hidup sehat.
    • Kader kesehatan juga berperan membantu mendeteksi masalah kesehatan pada teman sebaya, melaporkan kepada guru UKS, dan memberikan informasi rujukan ke puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
    • Kader kesehatan jiwa bisa menjadi pendidik dan konseling sebaya setelah mendapatkan pelatihan dari puskesmas dengan pendampingan tetap dari guru UKS dan puskesmas setempat.

B. Pelayanan Kesehatan

  1. Penjaringan Kesehatan dan Pemeriksaan Berkala.

    • Penjaringan kesehatan pada jenjang SMP merupakan rangkaian pemeriksaan kesehatan (skrining) yang dilakukan untuk seluruh peserta didik baru yaitu kelas 7, sedangkan pemeriksaan berkala adalah rangkaian pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk seluruh peserta didik kelas 8 dan 9.
    • Salah satu jenis penjaringan kesehatan dan pemeriksaan berkala adalah kesehatan jiwa dan emosional yang dilakukan oleh peserta didik didampingi pendidik dan petugas puskesmas melalui penggunaan kuesioner.
    • Pelayanan kesehatan jiwa dilaksanakan untuk deteksi dini atau penapisan awal kepada seluruh peserta didik dengan cepat dan bersifat masal melalui kuesioner PSC (Pediatric Symptom Checklist).
    • Selanjutnya dilakukan penilaian pada peserta didik yang terjaring dari hasil penapisan awal menggunakan SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk usia remaja 11—18 tahun. Deteksi dini dilakukan melalui pemeriksaan secara berkala dan pengamatan.
  2. Konseling

    • Merupakan komunikasi antara dua orang (konselor dan klien) untuk membantu klien memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya di masa depan dalam upaya memecahkan masalah yang sedang ia hadapi.
    • Sebagian sekolah memiliki guru Bimbingan Konseling (BK), namun sebagian sekolah lainnya biasanya memanfaatkan guru kelas untuk memberikan konseling bagi peserta didik. Konseling juga dapat diberikan oleh konselor sebaya yang sudah terlatih, seperti konseling kesehatan jiwa remaja.
    • Masalah yang dikonselingkan bisa beragam, mulai dari masalah kesehatan sampai dengan masalah belajar, yang berpotensi dapat mempengaruhi kesehatan fisik, jiwa, dan sosial peserta didik.

C. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

  • Kesehatan jiwa remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan sekolah.
  • Salah satu kegiatan pembinaan lingkungan sekolah sehat adalah memastikan sekolah bebas rokok, NAPZA, kekerasan, dan pornografi.
  • Sekolah tidak hanya mengeluarkan peraturan tetapi juga menciptakan lingkungan yang kondusif agar tidak ada perilaku merokok, penyalahgunaan napza, kekerasan, dan pornografi yang akan sangat berdampak pada kesehatan jiwa remaja.

D. Manajemen Upaya Kesehatan Jiwa Remaja

Untuk memastikan pendidikan dan pelayanan kesehatan jiwa, serta pembinaan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa, sekolah perlu memastikan manajemen upaya kesehatan jiwa yang meliputi:

  • Kebijakan kesehatan jiwa berupa implementasi kebijakan terkait kesehatan jiwa di sekolah seperti peraturan pemerintah untuk mengakomodasi lingkungan yang mendukung upaya kesehatan jiwa remaja.
  • Koordinasi berupa komunikasi dan koordinasi multisektor untuk memastikan pendidikan dan pelayanan kesehatan jiwa dapat difasilitasi dengan baik.
  • Koordinasi terutama dilakukan dengan komite sekolah dan layanan kesehatan.
  • Perencanaan dan penganggaran seperti memasukan pendidikan dan pelayanan kesehatan jiwa kedalam Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).
  • Peningkatan kapasitas bisa berupa orientasi atau pelatihan kesehatan jiwa untuk pendidik, orang tua, maupun kader kesehatan sekolah. Pelatihan dilakukan oleh sekolah bersama puskesmas atau mitra lainnya secara berkala.
  • Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan, tantangan, dan perbaikan dari berbagai upaya kesehatan jiwa yang sudah dilakukan di sekolah.

Sumber:
Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP
Kemendikbudristek 2023