Taksonomi SOLO menggunakan kerangka berpikir yang dirancang untuk mengevaluasi dan memahami tingkat kompleksitas dalam pembelajaran siswa. Dikembangkan oleh John Biggs dan Kevin Collis, Taksonomi SOLO membantu guru untuk menilai kualitas hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pemahaman mereka terhadap suatu topik.
Taksonomi SOLO mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam 5 (lima) tingkat hierarki, mulai dari pemahaman yang dangkal hingga yang lebih mendalam yaitu:
- Prastruktural: Tidak memahami materi;
- Unistruktural: Memahami satu aspek;
- Multistruktural: Memahami beberapa aspek, tanpa menghubungkan;
- Relasional: Menghubungkan berbagai aspek secara kohesif;
- Berpikir abstrak yang mendalam: Menerapkan pemahaman dalam konteks baru.
1. Tingkat Prastruktural
Hasil belajar menunjukan informasi yang tidak saling berhubungan, tanpa adanya struktur atau organisasi. Ciri-ciri:
- Gagal memahami
- Tidak kompeten
- Tidak menangkap inti permasalahan
2. Tingkat Unistruktural
Pada tahap ini, murid mulai memahami satu aspek dari suatu topik, namun pemahamannya masih terbatas dan belum mampu menghubungkan ide satu dengan yang lain.
Contoh dalam IPA: Murid tahu bahwa habitat adalah tempat tinggal makhluk hidup, tetapi belum memahami fungsinya secara menyeluruh.
Contoh Pernyataan Murid:
- Habitat itu tempat tinggal makhluk hidup.
- Habitat adalah tempat yang memiliki tanaman dan hewan di dalamnya.
Peran Pendidik: Pendidik perlu membantu murid memperluas pemahamannya, misalnya dengan menjelaskan bahwa habitat juga menyediakan makanan, tempat berlindung, dan ruang untuk berkembang biak bagi makhluk hidup.
3. Tingkat Multistruktural
Di tahap ini, murid mulai memahami beberapa aspek dari suatu topik, namun masih melihatnya sebagai informasi yang terpisah-pisah tanpa keterkaitan yang jelas.
Contoh dalam IPA: Murid tahu bahwa berbagai habitat memiliki makhluk hidup yang berbeda, tetapi belum bisa menjelaskan keterkaitan antara faktor lingkungan dan makhluk hidup di dalamnya.
Contoh Pernyataan Murid:
- Tumbuhan dan hewan hidup di habitat yang berbeda. Setiap habitat memiliki makhluk hidup yang berbeda.
- Setiap habitat memiliki banyak tumbuhan dan hewan yang tinggal di dalamnya.
Peran Pendidik: Pendidik dapat mengajak murid membandingkan berbagai jenis habitat (seperti hutan, laut, gurun), serta menjelaskan karakteristik khusus dari masing-masing habitat yang mendukung kehidupan makhluk hidup.
4. Tingkat Relasional
Pada tahap ini, murid sudah mampu menghubungkan berbagai aspek yang telah dipelajarinya menjadi satu pemahaman yang utuh.
Contoh dalam IPA: Murid dapat menjelaskan bagaimana suhu, kelembapan, dan sumber makanan di habitat saling berkaitan dengan kelangsungan hidup makhluk hidup.
Contoh Pernyataan Murid:
- Faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan makanan memengaruhi kemampuan makhluk hidup dalam bertahan hidup di habitat tertentu. Misalnya, di habitat danau, bebek dan angsa bisa hidup karena lingkungannya mendukung kebutuhan mereka.
- Suhu dan kelembapan yang berbeda di habitat memengaruhi bagaimana makhluk hidup dapat bertahan hidup dan berkembang biak.
Peran Pendidik: Pendidik perlu membimbing murid dalam menghubungkan faktor lingkungan dengan kelangsungan hidup organisme, serta memberi contoh bagaimana perubahan habitat dapat memengaruhi makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.
5. Tingkat Abstrak yang Diperluas
Pada tingkat ini, murid mampu berpikir melampaui konteks pembelajaran, membuat generalisasi, dan menerapkan pengetahuannya pada situasi baru.
Contoh dalam IPA: Murid berpikir kritis tentang dampak perubahan habitat terhadap makhluk hidup dan mengaitkannya dengan isu-isu global seperti perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.
Contoh Pernyataan Murid:
- Kita harus lebih peduli terhadap habitat karena perubahan lingkungan dapat memengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup. Misalnya, polusi dan perubahan iklim dapat mengancam habitat.
- Perubahan habitat yang cepat bisa mengancam kelangsungan hidup banyak spesies, seperti penggundulan hutan yang mengurangi tempat tinggal hewan-hewan.
Peran Pendidik: Pendidik mendorong murid untuk berpikir kritis, reflektif, dan bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan. Murid didorong untuk menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata dan berkontribusi menjaga kelestarian alam.
Pengalaman belajar dalam pembelajaran mendalam dimulai pada aspek memahami yang relevan dengan taksonomi SOLO pada tahapan unistruktural dan multistruktural dan mengingat dan memahami pada Taksonomi Bloom. Pada tahap memahami ini, murid akan mengingat kembali pengetahuannya dan memiliki banyak ide.
Selanjutnya pada aspek mengaplikasi dan merefleksi dimulai pada aspek relasional dan berpikir abstrak yang mendalam pada taksonomi SOLO dan menerapkan, menganalisis, mencipta dan mengevaluasi pada taksonomi Bloom, sehingga murid memiliki kemampuan untuk menghubungkan ide-ide serta memperluas dan menerapkan ide tersebut.
Sumber: Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi Tahun 2025