Ragam Masalah Kesehatan Jiwa Remaja


Permasalahan terkait kesehatan jiwa, peserta didik yang mengalaminya belum tentu membutuhkan penanganan profesional, mereka membutuhkan dukungan dari lingkungan dan terkadang profesional, agar dapat meminimalisasi permasalahan dan dampak yang menyertainya. Ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh pendidik dan orang tua tentang masalah kesehatan jiwa, yaitu ragam masalah, dampak, serta pendampingan masalah kesehatan jiwa remaja.

Kementerian Kesehatan RI, dalam berbagai sumber, menyatakan bahwa masalah kesehatan jiwa remaja yang sering muncul di Indonesia antara lain sebagai berikut (Kemenkes RI, 2018.; Kemenkes RI, 2020; & Kemenkes RI, 2023).

  1. Identitas Diri, Citra Diri, dan Penerimaan Diri

    • Usia remaja merupakan usia ketika seseorang menemukenali dirinya dan membentuk identitas dirinya. Banyak remaja kesulitan untuk memahami dan membentuk identitas diri sehingga cenderung tidak memiliki batasan dan melebur dalam identitas teman sebaya. Mereka menjadi lebih mudah terpengaruh dengan lingkungan, termasuk lingkungan yang negatif.
    • Perubahan tubuh remaja dari tubuh kanak-kanak ke tubuh dewasa menimbulkan rasa ketidaknyamanan bagi remaja. Cukup banyak remaja yang mengeluhkan perubahan bentuk tubuhnya, kondisi wajah yang menjadi berjerawat, atau perubahan suara yang dialaminya, sehingga membuat mereka menjadi kurang percaya diri.
    • Sebagian remaja kemudian mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialaminya dan memiliki citra diri yang positif atas tubuhnya, tetapi sebagian lainnya menilai dirinya tidak sesuai dengan harapannya dan mengembangkan citra diri yang negatif.
    • Citra diri negatif dapat disebabkan oleh peristiwa traumatis di masa kanak-kanak, merasa diri berbeda dengan orang di sekitarnya, konsep penampilan menarik yang ditampilkan di media, memiliki kelebihan atau kekurangan berat badan.
    • Citra diri yang negatif dapat menyebabkan masalah penerimaan diri, serta memunculkan penurunan rasa percaya diri, merasa cemas, menghindari situasi sosial, dan memiliki obsesi yang berlebihan terhadap penampilannya.
  2. Kesulitan Belajar dan Tekanan Akademik

    • Masalah kesulitan belajar didefinisikan ketika seorang anak mengalami kesulitan belajar dan prestasinya di bawah rata-rata.
    • Ada beberapa faktor penyebab masalah kesulitan belajar seperti gangguan penglihatan dan pendengaran, keterbatasan intelektual, kesulitan belajar khusus, kondisi keluarga kurang mendukung, masalah emosional, termasuk adiksi (permainan, internet, gawai, dan sarana elektronik lainnya).
    • Selain masalah kesulitan belajar, kondisi lain yang turut menimbulkan masalah kejiwaan adalah tekanan akademik.
    • Contohnya, transisi dari pendidikan dasar ke pendidikan sekolah menengah pertama, beriringan dengan meningkatnya tuntutan akademik dan harapan akademik yang lebih tinggi.
    • Stres dan kecemasan timbul sebagai akibat dari tingginya tuntutan performa akademik, beban belajar dan tugas yang berlebihan, serta perasaan takut gagal. Ditambah lagi seringkali harapan akademik dari orang tua menambah kecemasan peserta didik.
  3. Masalah Perilaku Remaja

    • Masalah perilaku remaja melingkupi perbuatan yang melanggar hak asasi sampai melanggar hukum yang dilakukan pada usia di bawah umur, sehingga kenakalan remaja dapat berupa perbuatan dari yang ringan hingga berat.
    • Jika tidak tertangani, masalah perilaku ini dapat berkembang semakin intens, seperti mencuri, sering berbohong, bolos sekolah, merusak barang milik orang lain/ lingkungan, berperilaku agresif terhadap sesama teman, termasuk perundungan (bullying), menyiksa hewan, berkelahi, berperilaku provokatif, termasuk mengajak teman untuk melakukan kekerasan atau tindakan kriminal dan meninggalkan rumah tanpa pamit.
  4. Penggunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya)

    • Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, NAPZA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik buatan (sintetis) maupun semibuatan (semisintetis) yang dapat menyebabkan perubahan fungsi tubuh dan struktur tubuh serta menyebabkan ketergantungan. Zat tersebut tidak termasuk air, oksigen, dan makanan yang fungsinya untuk mempertahankan tubuh.
    • Narkotika dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh narkotika adalah ganja, opium, dan metadon.
    • Psikotropika dapat memengaruhi susunan saraf pusat dan menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh psikotropika adalah sabu, ekstasi, amfetamin, dan inex.
    • Zat adiktif lainnya adalah bahan lain atau obat bukan narkotik atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah rokok, alkohol, dan lem.
    • Dampak masalah kesehatan jiwa akibat penyalahgunaan NAPZA adalah kebutuhan uang meningkat, prestasi sekolah menurun, mudah terganggu dan marah (iritabilitas), sering menyendiri, insomnia, penampilan lusuh, dan sering tidak memperhatikan kebersihan diri.
  5. Penggunaan Internet Berlebihan

    • Penggunaan internet yang tidak sehat dapat menyebabkan gangguan fungsi kehidupan.
    • Perilaku ini membawa dampak bagi kesehatan psikologis remaja yang masih berkembang.
    • Apabila tidak tertangani, dapat mengarah pada ketergantungan internet yang berisiko menurunkan kualitas hidup remaja.
    • Ketergantungan internet terbagi menjadi:
      • ketergantungan pornografi (cyber sexual),
      • ketergantungan hubungan virtual (cyber relationship),
      • kompulsi jaringan (net compulsion, misal: judi, transaksi jual-beli, atau trading),
      • kompulsi pencarian informasi (compulsive information seeking) atau selancar maya, dan
      • ketergantungan permainan komputer (gaming addiction).
  6. Masalah Perilaku Seksual

    • Masalah perilaku seksual adalah masalah perilaku yang timbul akibat dorongan/ hasrat dan rasa keingintahuan seksual yang tinggi pada remaja, tetapi tidak didukung dengan tersedianya akses layanan dan informasi yang tepat.
    • Masalah perilaku seksual ini dapat menyebabkan masalah kesehatan jiwa seperti:
      • timbul rasa cemas,
      • rasa bersalah yang sering mengganggu prestasi belajar,
      • menarik diri dari pergaulan dan menjadi pendiam,
      • sering bolos sekolah,
      • suka membawa buku bacaan atau video dengan konten pornografi,
      • melakukan aktivitas seksual berisiko,
      • masalah kesehatan reproduksi,
      • infeksi menular seksual (IMS),
      • mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.
  7. Masalah Emosi

    • Masalah ini timbul karena seseorang tidak mengenali dan mengelola perasaan yang dirasakannya.
    • Dampak sosial dari masalah emosi bagi kesehatan jiwa adalah rasa cemas dan gelisah yang membuat seorang remaja menjadi:
      • sedih, murung dan banyak menangis,
      • merasa bersalah dan rendah diri,
      • kurang peka terhadap diri sendiri dan lingkungan,
      • hingga gejala psikomotorik seperti gagap, gemetar, berkeringat, mual dan muntah.
  8. Perundungan dan Kekerasan

    • Perundungan dan kekerasan (seksual) termasuk dalam tiga dosa besar pendidikan.
    • Perundungan merupakan perilaku agresi yang disengaja dan berulang untuk menunjukkan dominasi dan umumnya terjadi dalam lingkungan sosial tertentu, misalnya sekolah, pekerjaan, atau dunia maya.
    • Kekerasan dapat berupa perilaku yang disengaja atau tidak disengaja, dan terjadi dalam lingkup sosial yang lebih luas.
    • Bentuk kekerasan juga lebih beragam jika dibandingkan dengan perundungan.
    • Kekerasan pada remaja pada Undang-Undang Negara Republik Indonesia tergolong dalam Kekerasan terhadap Anak (KtA).
    • Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, terdapat empat jenis kekerasan terhadap anak, yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran.
    • Sementara itu, apabila dilihat dari prosesnya, yaitu terjadinya perekrutan dan/atau pemindahan untuk tujuan eksploitasi, dikenal sebagai perdagangan orang.
  9. Masalah dalam Relasi Interpersonal

    • Dalam dunia remaja, masalah dalam relasi interpersonal yang dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa, antara lain kaburnya atau tidak adanya batasan personal dalam pergaulan, ketergantungan emosional dengan orang lain, konflik antara orang tua dan anak, disfungsi dan ketidakstabilan dalam keluarga, penolakan dan penyingkiran dari pergaulan teman sebaya, pertengkaran dengan teman sebaya, masalah dalam relasi romantika, serta kehilangan dan kedukaan.
    • Pada dasarnya, manusia adalah mahluk sosial, minimnya relasi interpersonal yang bermakna dan minimnya dukungan sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian (loneliness), perilaku depresif, dan kecemasan.
  10. Perilaku Menyakiti Diri dan Bunuh Diri

    • Umumnya, mereka yang melukai diri dan melakukan upaya bunuh diri ingin menghilangkan rasa sakit dan emosi negatif yang kuat dirasakan.
    • Ada pula yang ingin kembali "merasa" karena selama ini mati rasa dan ada pula yang kehilangan harapan. Tidak semua perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm) merupakan upaya bunuh diri.
    • Tindakan ini perlu untuk mendapatkan penanganan yang serius karena kerap merupakan upaya untuk minta tolong atau sebagai akibat dari gangguan jiwa tertentu, dan apabila tidak segera tertangani dapat berakibat fatalistik karena luka-luka yang dialaminya.

Ragam masalah kesehatan jiwa perlu ditangani dengan serius oleh pendidik dan orang tua. Bukan tidak mungkin di dalam kelas terdapat peserta didik yang mengalami masalah kejiwaan. Beberapa sangat mungkin tertampil gejalanya, sementara peserta didik lainnya sangat mungkin gejalanya tidak tampak dengan nyata sehingga dianggap sebagai peserta didik yang sulit atau bermasalah.


Sumber:
Buku Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja Jenjang SMP
Kemendikbudristek 2023