Pelaksanaan Pembelajaran Diferensiasi


Pelaksanaan Pembelajaran Diferensiasi

A. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran Diferensiasi

Pembelajaran dan asesmen merupakan satu kesatuan yang perlu dipahami dan dilaksanakan secara utuh. Prinsip pembelajaran dan asesmen mengindikasikan pentingnya pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik atau yang dikenal juga dengan istilah teaching at the right level (TaRL) atau pembelajaran yang berdiferensiasi. Asesmen formatif menjadi sebuah bagian yang penting dalam sebuah siklus belajar. Asesmen atau penilaian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang Capaian Pembelajaran (CP) dan kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Berdasarkan hasil asesmen tersebut, pendidik dapat melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi (pembelajaran yang bervariasi) sesuai dengan tingkat pemahaman/ kompetensi peserta didik. Tujuan dari pembelajaran yang berdiferensiasi adalah agar setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi membutuhkan asesmen yang bervariasi dan berkala.

Berdasarkan hasil asesmen diagnosis di awal pembelajaran, pendidik perlu berupaya menyesuaikan strategi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Namun demikian, bagi sebagian pendidik melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang sederhana. Mereka mengalami tantangan karena keterbatasan waktu untuk merancang pembelajaran yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan individu peserta didik. Sebagian yang lain mengalami kesulitan untuk mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan karena jumlah peserta didik yang banyak.

Memahami adanya tantangan-tantangan tersebut, pendidik sebaiknya menyesuaikan dengan kesiapan dan kondisi yang dihadapi pendidik. Berdasarkan asesmen awal yang dilakukan di awal pembelajaran, pendekatan pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah dengan mengatur peserta didik di kelas yang sama dibagi menjadi 2 (dua) atau lebih kelompok menurut kesiapan belajar mereka, dan diajarkan oleh guru yang sama atau disertai guru pendamping/ asisten. Satuan pendidikan dapat pula menyelenggarakan program pembelajaran atau pendampingan tambahan bagi peserta didik yang belum siap untuk belajar sesuai dengan tahapan belajar di kelasnya. Pendidik dan satuan pendidikan juga dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik di atas maupun merancang sendiri pendekatan yang akan digunakannya.


B. Prinsip Pembelajaran Diferensiasi

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembelajaran diferensiasi menurut kesiapan peserta didik adalah bahwa pengelompokan peserta didik berdasarkan capaian atau hasil asesmen tidak mengarah pada terbentuknya persepsi tentang pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok yang "pintar" dan "tidak pintar". Terbentuknya kelompok "unggulan" hingga kelompok yang dinilai paling rendah kemampuannya dapat menyebabkan diskriminasi terhadap peserta didik. Mereka yang ditempatkan pada kelompok yang paling marginal akan cenderung menilai diri mereka sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan belajar sebagaimana teman-temannya yang lain. Demikian pula pendidik sering tanpa sadar memiliki harapan atau ekspektasi yang rendah terhadap peserta didik yang sudah dianggap kurang berbakat atau kurang mampu secara akademik. Akibatnya, mereka akan terus terpinggirkan.

Untuk menghindari dampak negatif sebagaimana yang dijelaskan di atas, hal yang dapat dilakukan ketika mengelompokkan peserta didik untuk keperluan pembelajaran diferensiasi sesuai dengan tahap capaian peserta didik, antara lain sebagai berikut.

  • Pembelajaran dalam kelompok kecil adalah metode yang biasa dilakukan peserta didik. Ada kalanya pendidik membagi kelompok berdasarkan minat (misalnya, kesamaan minat permainan olahraga dalam mata pelajaran PJOK), melakukan pengamatan atau eksperimen dalam mata pelajaran IPA secara berkelompok yang ditetapkan secara acak oleh pendidik dan sebagainya, sehingga pengelompokan berdasarkan kemampuan akademik dalam suatu pertemuan adalah hal yang biasa.
  • Pengelompokan berdasarkan kemampuan berubah sesuai dengan kompetensi yang menjadi kekuatan peserta didik, tidak permanen sepanjang tahun atau semester, dan tidak berlaku di semua mata pelajaran. Misalnya: di mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik A tergabung dalam kelompok yang masih butuh bimbingan, tetapi di pelajaran Informatika peserta didik A tersebut tergabung dalam kelompok yang sudah mahir.
  • Peserta didik yang sudah mahir perlu dipikirkan bentuk-bentuk tantangan yang lebih beragam, seperti menjadi tutor sebaya dapat menjadi salah satu opsi. Akan tetapi perlu dipikirkan bahwa tanggung jawab sebagai fasilitator tetap sepenuhnya ada pada pendidik, sebab tidak semua peserta didik memiliki kompetensi mengajar.
  • Perlu ada peran-peran beragam yang dapat dipilih oleh peserta didik untuk memperkaya atau mendalami kompetensi yang dibangun. Misal: di awal tahun ajaran pendidik mengajak peserta didik berdiskusi mengenai peran-peran apa yang dibutuhkan, setiap peran dapat diambil oleh peserta didik secara bergantian.

C. Proses Pembelajaran Diferensiasi

Dalam proses pembelajaran diferensiasi yang dapat dilakukan pendidik adalah diferensiasi berdasarkan konten atau materi, proses, dan/atau produk yang dihasilkan peserta didik. Contoh:

  • ketika mengajarkan materi tertentu, peserta didik yang perlu bimbingan dapat difokuskan hanya pada 3 (tiga) poin penting saja;
  • sementara untuk peserta didik yang sudah cukup memahami materi dapat mempelajari seluruh topik; dan
  • peserta didik yang mahir dapat melakukan pendalaman materi di luar materi yang diajarkan.

Begitu juga dengan tagihan atau produk, peserta didik yang perlu bimbingan dapat bekerja secara kelompok dengan mengumpulkan 1 (satu) lembar hasil kerja; sementara untuk peserta didik yang cukup mahir dapat mengumpulkan hingga 5 (lima) lembar hasil kerja mandiri; dan peserta didik yang sudah mahir dapat mempresentasikan hasil kerja menggunakan aplikasi presentasi seperti Power Point, Canva, dll. dengan dilengkapi gambar dan grafis.


D. Contoh pembelajaran berdiferensiasi

Dalam melakukan pembelajaran berdiferensiasi, pendidik dapat memilih salah satu atau kombinasi ketiga cara di bawah ini.

  1. Konten (materi yang akan diajarkan). Bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan dapat mempelajari 3 (tiga) hal terpenting terkait materi, bagi peserta didik yang cukup mahir dapat mempelajari keseluruhan materi, dan bagi peserta didik yang sudah sangat mahir dapat diberikan pengayaan.
  2. Proses (cara mengajarkan). Proses pembelajaran dan bentuk pendampingan dapat didiferensiasi sesuai kesiapan peserta didik. Contoh: bagi peserta didik yang membutuhkan bimbingan, pendidik perlu mengajarkan secara langsung; bagi peserta didik yang cukup mahir dapat diawali melalui modeling yang dikombinasi dengan kerja mandiri, praktik, dan peninjauan ulang (review); dan bagi peserta didik yang sangat mahir dapat diberikan beberapa pertanyaan pemantik untuk tugas mandiri.
  3. Produk (performa/ kinerja yang akan dihasilkan). Diferensiasi pembelajaran juga dapat dilakukan melalui produk yang dihasilkan. Contohnya, bagi peserta didik yang memerlukan bimbingan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, bagi peserta didik yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir dapat membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.

Sumber:
Panduan Pembelajaran dan Asesmen PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kemendikbudristek 2022