Prinsip Penguatan Numerasi Lintas Mata Pelajaran


Prinsip Penguatan Numerasi Lintas Mata Pelajaran

Untuk menjadi numerat, seseorang harus bisa menggunakan matematika dalam berbagai situasi. Mengembangkan kemampuan numerasi peserta didik mencakup memperoleh kepercayaan diri dan pengalaman untuk menggunakan pengetahuan matematika mereka, tidak hanya dalam situasi sehari-hari tetapi juga dalam semua mata pelajaran yang mereka pelajari di sekolah. Setiap bidang pembelajaran, baik Ilmu Pengetahun Alam (IPA), Ilmu Pengetahun Sosial, Pendidkan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK), maupun Seni Budaya, memiliki tuntutan numerasi yang melekat pada hakikat disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kemampuan numerasi peserta didik, harus ada perubahan paradigma bahwa numerasi bukan hanya tanggung jawab dari guru matematika saja, melainkan merupakan tanggung jawab semua guru non-matematika, yaitu guru yang mengajar mata pelajaran selain matematika.

Pendekatan yang dibutuhkan adalah numerasi lintas mata pelajaran, yaitu peran aktif dari guru mata pelajaran selain matematika untuk mengidentifikasi kesempatan untuk melakukan penguatan numerasi di dalam mata pelajaran yang diajarnya dan untuk berkolaborasi dengan guru lain mengenai numerasi dalam kurikulum pada semua mata pelajaran. Ini tidak berarti bahwa guru non-matematika berubah fungsi menjadi pengajar matematika, melainkan menanamkan (embed) numerasi dalam mata pelajaran yang mereka ajar tanpa kehilangan fokus pada mata pelajaran tersebut. Guru dapat menciptakan berbagai jenis kesempatan belajar numerasi melalui hal berikut.

  • Mengidentifikasi aspek atau unusr numerasi yang dapat dilakukan penguatan dalam mata pelajaran selain matematika.
  • Merancang pengalaman dan peluang belajar yang mendukung penerapan pengetahuan dan keterampilan matematika umum peserta didik dalam mata pelajaran selain matematika.
  • Menggunakan istilah dan terminologi matematika dengan tepat di mata pelajaran non-matematika (Goos, dkk., 2020).

A. Tuntutan Numerasi

Penguatan numerasi lintas mata pelajaran pada esensinya adalah melihat mata pelajaran lain memberikan kesempatan untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan matematika yang telah dipelajari peserta didik melalui kegiatan yang bermakna. Guru mata pelajaran selain matematika berusaha mencari peluang untuk memunculkan pengalaman matematika dari berbagai aktivitas peserta didik. Ini dilakukan dengan menemukan tuntutan numerasi (numeracy demand) dalam mata pelajaran yang diajarnya. Dengan mengidentifikasi numerasi di dalam mata pelajaran yang diajarnya, guru dapat membantu peserta didik membuat hubungan eksplisit antara pengetahuan matematika peserta didik dengan bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut di dalam mata pelajaran selain matematika.

Pada saat guru non-matematika turut memerhatikan numerasi dalam mata pelajaran lintas kurikulum sebenarnya dapat meningkatkan pembelajaran pada mata pelajaran tersebut. Ketika seorang guru IPS ketika turut melatih peserta didik dalam membaca dan menginterpretasi data yang disajikan melalui grafik (misalnya, grafik distribusi kekayaan dan kekuasaan) dengan baik, maka akan membantu peserta didik juga dalam memahami konsep yang sedang diajarkan dalam mata pelajaran tersebut, yaitu mengenai ketidakmerataan distribusi kekayaan dan kekuasaan yang terjadi di masyarakat.


B. Contoh Numerasi dalam Beberapa Mata Pelajaran

Aspek yang akan ditampilkan pada artikel ini hanyalah beberapa contoh untuk memberikan inspirasi. Guru mata pelajaran dapat menggunakan contoh ini untuk merancang aktivitas penguatan numerasi, dan juga mengembangkan aspek lain sesuai dengan karakteristik mata pelajarannya.

  1. Ilmu Pengetahun Alam (IPA)
  2. Numerasi dibutuhkan dalam sains ketika peserta didik mengajukan hipotesis berdasarkan generalisasi yang dibuat dari data yang ada, mengembangkan ketepatan dalam mengukur dan menafsirkan data, mengidentifikasi pola di alam dan perilaku dan menggunakan rumus dan penghitungan.

  3. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan (PJOK)
  4. Numerasi dalam pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan muncul ketika, misalnya peserta didik menggunakan penomoran, pola dan urutan dalam aktivitas fisik dan ketika mereka menunjukkan pemahaman tentang hubungan antara waktu, ruang dan jarak untuk menganalisis prestasi fisik, serta ketika peserta didik membandingkan teknik dan alat pengukuran tertentu untuk tujuan yang berbeda dan menganalisis data dan statistik terkait masalah kesehatan.

  5. Seni
  6. Numerasi terlihat dalam seni ketika, misalnya, peserta didik mendesain produk menggunakan pengurutan dan pola, pengukuran yang akurat dan pengertian bentuk, ukuran, dimensi, dan perspektif. Mengumpulkan, menafsirkan, dan menganalisis data dalam kaitannya dengan pemirsa, dan perilaku pengguna adalah contoh lain dari numerasi dalam seni.

  7. Bahasa Asing
  8. Numerasi dibutuhkan dalam bahasa asing ketika peserta didik menggunakan dan memahami pola, keteraturan dan hubungan di dalam bahasa. Ketika peserta didik mengembangkan pemahaman konsep seperti waktu, bilangan dan ruang dalam budaya yang berbeda.

  9. Bahasa Indonesia
  10. Numerasi dibutuhkan dalam bahasa Indonesia ketika peserta didik menggunakan grafik dan tabel pada presentasi lisan dan tulisan untuk mendukung argumen atau memanfaatkan pemahaman spasial pengaturan untuk memahami dan kritik tata letak dan konstruksi teks.

  11. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
  12. Numerasi dibutuhkan pada ilmu pengetahuan sosial ketika peserta didik menggunakan dan memahami konsep waktu, saat peserta didik menggunakannya pola, lokasi dan kemampuan spasial dalam membuat dan memahami peta, dan peserta didik mengumpulkan dan menganalisis data untuk pengambilan keputusan sosial.


Sumber :
Inspirasi Pembelajaran yang Menguatkan Numerasi
Pada Mata Pelajaran IPA, IPS, PJOK, dan Seni Budaya untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama
Direktorat Sekolah Menengah Pertama
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2021