Pemilihan Tema Umum Dalam Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila


Pemilihan tema umum merupakan bagian dari desain projek penguatan profil Pancasila. Pemilihan tema umum dalam pelaksanaan projek penguatan Profil Pelajar Pancasila dapat dilakukan berdasarkan:

  1. Tahap kesiapan satuan pendidikan dan pendidik dalam menjalankan projek.
  2. Kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional, misalnya Tema "Gaya Hidup Berkelanjutan" dilaksanakan menjelang Hari Bumi, atau tema "Bhinneka Tunggal Ika" dilaksanakan menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia.
  3. Isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus pembahasan atau prioritas satuan pendidikan. Dalam hal ini, isu atau topik dapat dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan 7 tema yang sudah ditentukan.
  4. Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah semua tema sudah dipilih.
  5. Untuk memastikan semua tema dapat dijalankan, sangat penting untuk satuan pendidikan memastikan untuk melakukan pendokumentasian dan pencatatan portofolio projek dalam skala satuan pendidikan.

Tema yang telah dipilih untuk dilakukan selama satu tahun ajaran ditetapkan oleh satuan pendidikan sebagai bagian dari Program Tahunan (ProTa) sesuai bulan pelaksanaan dari setiap tema. ProTa ini seyogyanya dikembangkan bersama dengan para pendidik yang terlibat dalam mengembangkan projek. Ketika satuan pendidikan sudah terbiasa dengan pelaksanaan projek, peserta didik dapat diundang untuk terlibat dalam penyusunan ProTa tersebut.

Pemilihan Tema Umum Dalam Pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Tema-tema dalam projek penguatan Profil Pelajar Pancasila

Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan dapat mengembangkan tema menjadi topik yang lebih spesifik, sesuai dengan budaya serta kondisi daerah dan satuan pendidikan. Satuan pendidikan diberikan kewenangan untuk menentukan tema yang diambil untuk dikembangkan, baik untuk setiap kelas, angkatan, maupun fase. Untuk satuan pendidikan SD wajib memilih minimal 2 tema untuk dilaksanakan per tahun, sedangkan untuk tingkat SMP dan SMA wajib memilih minimal 3 tema per tahun.

Kemendikbud-Dikti menentukan tema untuk setiap projek yang diimplementasi dalam satuan pendidikan yang dapat berubah setiap tahunnya. Ada 7 (tujuh) tema yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan.


A. Gaya Hidup Berkelanjutan (SD‒SMA)

Memahami dampak dari aktivitas manusia, baik jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya.

  1. Peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir sistem untuk memahami keterkaitan aktivitas manusia dengan dampak-dampak global yang menjadi akibatnya, termasuk perubahan iklim.
  2. Peserta didik dapat dan membangun kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan serta mencari jalan keluar untuk masalah lingkungan serta mempromosikan gaya hidup serta perilaku yang lebih berkelanjutan dalam keseharian.
  3. Peserta didik juga mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya (bencana alam akibat perubahan iklim, krisis pangan, krisis air bersih dan lain sebagainya), serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya.
Contoh muatan lokal:
Jakarta: situasi banjir
Kalimantan: hutan sebagai paru-paru dunia

B. Kearifan Lokal (SD‒SMA)

Membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri melalui eksplorasi tentang budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta perkembangannya.

  1. Peserta didik mempelajari bagaimana dan mengapa masyarakat lokal/ daerah berkembang seperti yang ada, bagaimana perkembangan tersebut dipengaruhi oleh situasi/konteks yang lebih besar (nasional dan internasional), serta memahami apa yang berubah dari waktu ke waktu apa yang tetap sama.
  2. Peserta didik juga mempelajari konsep dan nilai-nilai dibalik kesenian dan tradisi lokal, serta merefleksikan nilai-nilai apa yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka.
  3. Peserta didik juga belajar untuk mempromosikan salah satu hal yang menarik tentang budaya dan nilai-nilai luhur yang dipelajarinya.
Contoh muatan lokal:
Jawa Barat: sistem masyarakat di Kampung Naga
Papua: sistem masyarakat di Lembah Baliem

C. Bhinneka Tunggal Ika (SD‒SMA)

Mengenal belajar membangun dialog penuh hormat tentang keberagaman kelompok agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat sekitar dan di Indonesia serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya.

  1. Peserta didik mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan tentang fenomena global, misalnya masalah lingkungan, kemiskinan, dan sebagainya.
  2. Peserta didik secara kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotip negatif yang biasanya dilekatkan pada suatu kelompok agama, dan dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan.
  3. Melalui projek ini, peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian dan anti kekerasan.
Contoh muatan lokal:
Menangkap isu-isu atau masalah keberagaman di lingkungan sekitar dan mengeksplorasi pemecahannya.

D. Bangunlah Jiwa dan Raganya (SMP‒SMA)

Membangun kesadaran dan keterampilan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya.

  1. Peserta didik melakukan penelitian dan mendiskusikan masalah-masalah terkait kesejahteraan diri (wellbeing) mereka serta mengkaji fenomena perundungan (bullying) yang terjadi di sekitar mereka, baik dalam lingkungan fisik maupun dunia maya, serta berupaya mencari jalan keluarnya.
  2. Peserta didik juga menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi. Peserta didik merancang kegiatan dan komitmen untuk senantiasa menjaga kesejahteraan dirinya dan orang lain, serta berusaha untuk mengampanyekan isu terkait.
Contoh muatan lokal:
Mencari solusi untuk masalah cyber bullying yang marak di kalangan remaja lokal.

E. Suara Demokrasi (SMP‒SMA)

Dalam "negara kecil" bernama satuan pendidikan, sistem demokrasi dan pemerintahan yang diterapkan di Indonesia dicoba untuk dipraktikkan, namun tidak terbatas pada proses pemilihan umum dan perumusan kebijakan.

  1. Peserta didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami implementasi demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam organisasi satuan pendidikan dan/atau dalam dunia kerja.
  2. Menggunakan kemampuan berpikir sistem, peserta didik menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi Pancasila.
Contoh muatan lokal:
Sistem musyawarah yang dilakukan masyarakat adat tertentu untuk memilih kepala desa.

F. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI (SD‒SMA)

Berkolaborasi dalam melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk berteknologi yang memudahkan kegiatan dirinya dan juga sekitarnya.

  1. Peserta didik mengasah berbagai keterampilan berpikir (berpikir sistem, berpikir komputasional, atau design thinking) dalam mewujudkan produk berteknologi.
  2. Peserta didik dapat mempelajari dan mempraktikkan proses rekayasa (engineering process) secara sederhana, mulai dari menentukan spesifikasi sampai dengan uji coba, untuk membangun model atau prototipe produk bidang rekayasa (engineering).
  3. Peserta didik juga dapat mengasah keterampilan coding untuk menciptakan karya digital, dan berkreasi di bidang robotika. Harapannya, para peserta didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek teknologi.
Contoh muatan lokal:
Membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi yang dapat menjawab permasalahan yang ada di sekitar satuan pendidikan.

G. Kewirausahaan (SD‒SMA)

Mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial, dan kesejahteraan masyarakat.

  1. Peserta didik kemudian merancang strategi untuk meningkatkan potensi ekonomi lokal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan.
  2. Melalui kegiatan dalam projek ini seperti terlibat dalam kegiatan ekonomi rumah tangga, berkreasi untuk menghasilkan karya bernilai jual, dan kegiatan lainnya, yang kemudian diikuti dengan proses analisis dan refleksi hasil kegiatan mereka.
  3. Melalui kegiatan ini, kreatifitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh integritas.
Contoh muatan lokal:
Membuat produk dengan konten lokal yang memiliki daya jual.

Sumber:
Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA)
Kemendikbudristekdikti