Perencanaan Pembelajaran Deep Learning


Perencanaan pembelajaran dirancang untuk memandu pendidik melaksanakan pembelajaran sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, perencanaan pembelajaran disusun berdasarkan ATP (alur tujuan pembelajaran).

Alur tujuan pembelajaran pendidik yang satu berbeda dengan pendidik lainnya meskipun mengajar murid dalam fase yang sama. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran yang dibuat masing-masing pendidik pun dapat berbeda-beda, terlebih lagi karena perencanaan pembelajaran ini dirancang dengan memperhatikan berbagai faktor, seperti murid yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain-lain.

Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pendidik diharapkan merancang pembelajaran dengan memperhatikan langkah seperti pada gambar berikut.

Perencanaan Pembelajaran Deep Learning
  1. Identifikasi
  2. Pendidik melakukan identifikasi yang meliputi kesiapan murid, karakteristik materi pelajaran, juga dimensi profil lulusan yang akan dicapai melalui pembelajaran. Pemilihan dimensi profil lulusan menjadi penting karena sejalan dengan karakteristik pembelajaran mendalam yang menekankan pada pengembangan kompetensi abad 21 dan pembentukan dimensi profil lulusan.

    Pendidik dapat memilih dimensi yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Dimensi profil lulusan diupayakan terintegrasi dalam proses pembelajaran, bukan sebagai bagian yang terpisah.

  3. Desain Pembelajaran
  4. Desain pembelajaran dengan menentukan tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan mencakup kompetensi dan konten dalam ruang lingkup materi secara operasional, menggunakan kompetensi yang mendorong murid untuk berpikir secara lebih mendalam. Dalam praktik pedagogis, pendidik dapat memilih strategi pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis masalah, projek, inkuiri, pembelajaran kontekstual, dan lain-lain yang dirancang untuk menciptakan pengalaman belajar yang aktif, mendalam, dan relevan dengan kehidupan nyata.

    Pembelajaran mendalam juga dapat diperkuat melalui kemitraan, baik antarmata pelajaran, antarkelas, hingga melibatkan pihak luar seperti komunitas atau dunia industri sehingga murid belajar dalam konteks sosial yang nyata. Lingkungan pembelajaran dirancang untuk membentuk budaya belajar yang aman, inklusif, dan merdeka, baik di ruang fisik maupun virtual. Hal ini menciptakan iklim yang memungkinkan murid bebas mengeksplorasi gagasan, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat.

    Selain itu, pemanfaatan teknologi digital menjadi unsur pendukung yang bersifat opsional dan strategis karena dapat meningkatkan interaktivitas, kolaborasi, dan kontekstualitas pembelajaran melalui berbagai platform digital. Semua komponen ini menyatu untuk membentuk pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga menghidupkan pemahaman yang mendalam, bermakna, dan berdampak bagi murid.

    Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, pendidik menerapkan prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Prinsip berkesadaran diwujudkan dengan melibatkan murid secara aktif dalam memahami tujuan pembelajaran, memotivasi mereka untuk mengatur strategi belajar, dan merefleksikan proses belajar yang dijalani. Pembelajaran bermakna dicapai dengan mengaitkan materi dengan konteks kehidupan nyata sehingga murid dapat mengonstruksi pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dan pemahaman sebelumnya.

    Sementara itu, pembelajaran menggembirakan diciptakan melalui suasana yang positif, inklusif, dan menyenangkan, dengan metode yang interaktif serta penggunaan media yang menarik sehingga murid merasa dihargai, terhubung secara emosional, menantang, dan termotivasi untuk belajar. Ketiga prinsip tersebut saling melengkapi dalam membangun proses pembelajaran yang mendalam, utuh, dan berdampak bagi murid.

    Perencanaan pembelajaran deep learning perlu dirancang melalui pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi. Pengalaman belajar memahami melibatkan murid untuk aktif mengonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam terhadap konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri atas pengetahuan esensial, pengetahuan aplikatif, dan pengetahuan nilai dan karakter. Dengan pendekatan aktif dan konstruktif, murid tidak hanya menerima pengetahuan secara pasif, sehingga membentuk fondasi pemahaman yang menjadi dasar untuk mengaplikasi pengetahuan dalam situasi kontekstual atau tahapan selanjutnya.

    Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran, penting untuk merancang pengalaman belajar yang melibatkan murid dalam mengaplikasikan pengetahuan secara kontekstual pada kehidupan nyata. Pengetahuan yang telah diperoleh pada tahap pemahaman digunakan sebagai dasar untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemikiran. Melalui proses ini, murid didorong untuk mengaitkan berbagai gagasan, melakukan analisis, serta mengembangkan solusi yang kreatif dan inovatif dalam menghadapi permasalahan konkret. Hasil dari proses ini dapat diwujudkan dalam bentuk produk nyata atau unjuk kerja yang mencerminkan pemahaman dan keterampilan murid secara menyeluruh.

  5. Pengalaman Belajar
  6. Pengalaman belajar merefleksi dilalui dengan mengarahkan murid untuk melakukan evaluasi dan memberikan makna terhadap proses serta hasil dari pengalaman atau praktik yang telah mereka jalani. Pengalaman belajar refleksi ini menekankan pentingnya kemampuan regulasi diri, yaitu keterampilan murid dalam mengatur proses belajarnya secara mandiri, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, hingga evaluasi strategi belajar yang digunakan.

    Melalui pengalaman belajar merefleksi, murid dapat memperluas pemahaman dan mengembangkan ide atau solusi baru yang dapat diterapkan dalam konteks lain, tidak hanya meninjau kembali apa yang telah mereka pelajari. Dalam pengalaman belajar merefleksi, murid tidak hanya diminta untuk mengulang atau mengingat kembali materi yang telah dipelajari, tetapi diarahkan untuk mengonstruksi kembali pemahamannya secara kritis, menghubungkannya dengan konteks yang lebih luas, serta mengidentifikasi implikasi atau kemungkinan penerapan dalam situasi berbeda.

    Proses ini melibatkan keterampilan metakognitif, seperti menyadari cara berpikir mereka sendiri, mengevaluasi strategi yang digunakan saat belajar, serta menilai keberhasilan atau hambatan dalam pencapaian tujuan belajar. Dengan demikian, refleksi berfungsi sebagai jembatan antara pengalaman belajar dan transfer pengetahuan, memungkinkan murid untuk menggeneralisasi prinsip-prinsip inti, memformulasikan pertanyaan baru, serta mengembangkan alternatif ide atau solusi yang dapat diterapkan di luar konteks awal pembelajaran. Pendekatan ini memperkuat pembelajaran mendalam karena mendorong murid menjadi pembelajar aktif, reflektif, dan adaptif. Hal inilah yang menjadi pembeda antara pengalaman belajar merefleksi dengan refleksi sebagai bagian dari proses pembelajaran.

  7. Asesmen
  8. Dalam kerangka perencanaan pembelajaran mendalam, asesmen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Asesmen dirancang bukan hanya untuk mengukur hasil belajar di akhir, tetapi juga untuk mendukung proses belajar itu sendiri. Dalam hal ini, asesmen berfungsi secara formatif dan sumatif.

    Asesmen formatif dilakukan di awal dan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik yang bermakna kepada pendidik dan murid sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dan pemahaman murid dapat diperbaiki secara berkelanjutan.

    Asesmen sumatif dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran secara keseluruhan. Asesmen dalam pembelajaran mendalam juga menekankan pada keautentikan, yaitu menggunakan tugas dan konteks yang relevan dengan kehidupan nyata murid, serta mengumpulkan beragam bukti belajar seperti produk, performa, diskusi, dan refleksi.

    Asesmen menjadi alat pengarah yang membantu pendidik memahami perkembangan kompetensi murid secara menyeluruh dan mendalam, serta mendorong proses pembelajaran yang berpusat pada murid dan berorientasi pada pemaknaan, bukan sekadar pencapaian nilai akhir.

    Saat menyusun perencanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran mendalam, pendidik bisa juga mempertimbangkan kegiatan pembelajaran dengan interdisipliner sebagai bagian dari strategi pembelajaran. Kegiatan ini bisa dilakukan melalui projek, juga dapat diwujudkan melalui berbagai model yang mendorong keterhubungan antardisiplin ilmu dan keterlibatan aktif murid, seperti pendekatan STEM, pembelajaran berbasis inkuiri, pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), atau eksplorasi kontekstual lainnya.

    Melalui integrasi ini, murid dilatih untuk melihat keterkaitan antara konsep-konsep dari berbagai bidang pengetahuan dan menggunakannya untuk memahami serta menyelesaikan persoalan nyata secara lebih menyeluruh. Pendekatan interdisipliner memperkuat pembelajaran mendalam karena mendorong murid tidak hanya menguasai materi secara terpisah, tetapi mampu mengintegrasikan dan menerapkannya secara kritis, kreatif, dan reflektif dalam berbagai situasi kehidupan.

Contoh kerangka dalam perencanaan pembelajaran

1. Identifikasi

  • Asesmen pada awal pembelajaran (opsional): Tuliskan strategi penilaian yang digunakan pada awal pembelajaran dan tindak lanjut hasil asesmen awal.
  • Dimensi Profil Lulusan: Pilihlah dimensi profil lulusan yang akan dicapai dalam pembelajaran.

2. Desain Pembelajaran

  • Tujuan Pembelajaran: Tuliskan tujuan pembelajaran yang mencakup kompetensi dan konten pada ruang lingkup materi dengan menggunakan kata kerja operasional yang relevan.
  • Praktik Pedagogis: Tuliskan Model/ Strategi/ Metode pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan belajar, seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran inkuiri, pembelajaran kontekstual, dan sebagainya.
  • Kemitraan Pembelajaran (opsional): Tuliskan kegiatan kemitraan atau kolaborasi dalam dan/atau luar lingkup sekolah, seperti kemitraan antar guru lintas mata pelajaran, antar murid lintas kelas, antar guru lintas sekolah, orang tua, komunitas, tokoh masyarakat, dunia usaha dan dunia industri kerja, institusi, atau mitra profesional.
  • Lingkungan Pembelajaran: Tuliskan lingkungan pembelajaran yang ingin dikembangkan dalam budaya belajar, ruang fisik dan/atau ruang virtual.
  • Budaya belajar dikembangkan agar tercipta iklim belajar yang aman, nyaman, dan saling memuliakan. Contoh: memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapatnya dalam ruang kelas dan forum diskusi pada platform daring (ruang virtual bersifat opsional).
  • Pemanfaatan Digital (opsional): Tuliskan pemanfaatan teknologi digital untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, dan kontekstual. Contoh: video pembelajaran, platform pembelajaran, perpustakaan digital, forum diskusi daring, aplikasi penilaian, dan sebagainya.

3. Pengalaman Belajar

Pada tahap ini, murid aktif terlibat dalam pengalaman belajar memahami, mengaplikasi, dan merefleksi dalam suasana yang saling memuliakan. Pendidik menerapkan prinsip pembelajaran berkesadaran, bermakna, menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar dapat dilaksanakan dalam beberapa kali pertemuan.

  • Memahami (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, dan/atau menggembirakan)
    Tuliskan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi murid untuk terlibat aktif mengonstruksi pengetahuan agar dapat memahami secara mendalam konsep atau materi dari berbagai sumber dan konteks. Pengetahuan pada fase ini terdiri dari pengetahuan esensial, pengetahuan aplikatif, dan pengetahuan nilai dan karakter.
  • Mengaplikasi (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, dan/atau menggembirakan)
    Tuliskan kegiatan yang mengondisikan pengalaman belajar yang menunjukan aktivitas murid mengaplikasi pemahaman secara kontekstual atau kehidupan nyata (hidup, kehidupan, dan/atau penghidupan). Proses mengaplikasi ini merupakan bagian dari pendalaman pengetahuan untuk menghasilkan pengembangan kompetensi.
  • Merefleksi (tuliskan prinsip pembelajaran yang digunakan: berkesadaran, bermakna, dan/atau menggembirakan)
    Tuliskan kegiatan yang mampu memfasilitasi murid:
    • mengevaluasi dan memaknai proses serta hasil dari tindakan atau praktik nyata yang telah mereka lakukan dan menentukan tindaklanjut ke depan.
    • mengelola proses belajarnya secara mandiri, dengan meneruskan dan mengembangkan strategi belajar yang berhasil dan memperbaiki yang belum berhasil dengan tetap meningkatkan motivasi belajar dan kepercayaan diri.

4. Asesmen Pembelajaran

Tuliskan teknik dan instrumen penilaian yang digunakan pada proses, dan akhir pembelajaran. Asesmen dalam pembelajaran mendalam dilaksanakan melalui asesmen sebagai pembelajaran (assessment as learning) yang menekankan pada penilaian diri dan penilaian sejawat, asesmen untuk pembelajaran (assessment for learning) yang menekankan pada umpan balik, dan asesmen hasil pembelajaran (assessment of learning) yang menekankan pada pencapaian dan tindak lanjut dengan mempertimbangkan karakteristik murid.

Contoh: Penilaian Sejawat, Penilaian Diri, Penilaian Proyek, Penilaian Produk, Observasi, Portofolio, Penilaian Berbasis Kelas, Penilaian Kinerja, Tes tertulis, Tes lisan, dan sebagainya.

Setiap pendidik perlu memiliki perencanaan pembelajaran untuk membantu mengarahkan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran secara lebih mendalam. Perencanaan pembelajaran ini dapat berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), atau modul ajar.

Pertanyaan-pertanyaan reflektif berikut ini dapat digunakan pendidik dalam proses perencanaan pembelajaran.

  • Bagaimana agar perhatian murid senantiasa fokus dan mereka terus bersemangat sepanjang kegiatan pembelajaran?
  • Bagaimana saya sebagai pendidik akan membantu setiap individu murid memahami pembelajaran?
  • Bagaimana saya akan mendorong murid untuk melakukan refleksi, mempelajari lagi, memperbaiki, dan memperdalam konsep atau materi pelajaran yang telah mereka pelajari?
  • Bagaimana murid dapat menunjukkan pemahaman mereka dan melakukan evaluasi diri yang berarti setelah mempelajari materi ini?
  • Bagaimana saya akan menyesuaikan langkah dan/atau materi pelajaran berdasarkan keunikan dan kebutuhan masing-masing murid?
  • Bagaimana saya akan mengelola pengalaman belajar yang mendorong murid untuk menjadi pelajar yang aktif dan mandiri?

Selain pertanyaan reflektif di atas, pendidik dapat juga menggunakan Backward Design (Wiggins & Tighe, 2005). Pendidik dalam merencanakan pembelajaran memulai terlebih dahulu dengan mengidentifikasi hasil yang ingin dicapai, menentukan asesmen yang tepat untuk mengukur ketercapaian tujuan, dan diakhiri dengan mengembangkan kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran bukan sekadar memahami konsep X atau langkah Y, melainkan hasil apa yang akan diperoleh murid jika mereka memiliki pemahaman-pemahaman tersebut.

Perencanaan Pembelajaran Deep Learning

Dari gambar di atas terlihat proses yang dilakukan pendidik dalam menyusun perencanaan pembelajaran (RPP atau Modul Ajar).

Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.

  • Memahami tujuan pembelajaran. Pahami kompetensi dan konsep/ konten kunci yang harus dikuasai murid.
  • Tentukan strategi asesmennya yang dapat mengukur kompetensi yang dimunculkan murid ketika mereka sudah mencapainya.
  • Mendesain proses belajar: menentukan metode, menyusun urutan dan mencari sumber materi yang membantu murid menguasai kompetensi yang dituju.

Sumber: Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Edisi Revisi Tahun 2025